Metode Penelitian ARIMA
Metode Penelitian ARIMA—Setelah sebelumnya kita membahas metode penelitian Analytical Hierarchy Process, kali ini kita akan membahas terkait metode penelitian ARIMA. Simak bahasan berikut ini, ya!
Apa itu ARIMA?
George Box dan Gwilym Jenkins menciptakan metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA), juga dikenal sebagai metode Box-Jenkins, pada tahun 1970. ARIMA adalah model Autoregressive Moving Average (ARMA) yang tidak stabil. Metode ARIMA sangat tepat dan akurat dalam peramalan jangka pendek, tetapi kurang tepat dalam peramalan jangka panjang karena nilai peramalan biasanya akan tetap sama selama waktu yang cukup lama.
Apa saja komponen-komponen ARIMA?
Model ARIMA terdiri dari tiga komponen utama:
- AR (AutoRegressive): Bagian ini merepresentasikan hubungan antara pengamatan saat ini dengan pengamatan sebelumnya (lagged observations).
- I (Integrated): Komponen ini mencakup diferensiasi data untuk membuat deret waktu menjadi stasioner, yang berarti mean dan varians konstan sepanjang waktu.
- MA (Moving Average): Bagian ini memodelkan hubungan antara pengamatan saat ini dengan kesalahan prediksi sebelumnya (lagged forecast errors).
Model ARIMA dinyatakan dengan notasi ARIMA(p, d, q), di mana:
- p adalah orde dari model autoregressive (jumlah lag pengamatan masa lalu yang digunakan).
- d adalah derajat diferensiasi yang diperlukan untuk membuat data stasioner.
- q adalah orde dari model moving average (jumlah lag kesalahan prediksi masa lalu yang digunakan).
Bagaimana langkah-langkah penerapan ARIMA?
- Identifikasi Model:
- Stasioneritas: Periksa apakah data stasioner. Jika tidak, lakukan diferensiasi hingga data menjadi stasioner.
- ACF dan PACF: Gunakan plot Autocorrelation Function (ACF) dan Partial Autocorrelation Function (PACF) untuk mengidentifikasi nilai p dan q yang potensial.
- Estimasi Parameter:
- Gunakan metode estimasi parameter seperti Maximum Likelihood Estimation (MLE) untuk mengestimasi nilai parameter ARIMA.
Diagnostik Model:
- Periksa residual model untuk memastikan bahwa tidak ada pola yang tersisa (white noise). Ini dapat dilakukan dengan plot ACF dari residual dan uji statistik seperti Ljung-Box test.
- Peramalan:
- Setelah model teridentifikasi dan diestimasi dengan baik, gunakan model tersebut untuk meramalkan nilai masa depan.
Apa saja contoh penerapan ARIMA?
Misalkan kita memiliki data penjualan bulanan selama lima tahun dan ingin meramalkan penjualan untuk tahun berikutnya. Langkah-langkah yang kita ambil adalah:
-
- Periksa Stasioneritas: Jika data menunjukkan tren atau musiman, kita lakukan diferensiasi.
- Identifikasi Model: Plot ACF dan PACF menunjukkan bahwa p = 1 dan q = 1, sehingga kita mungkin mencoba model ARIMA(1, 1, 1).
- Estimasi Parameter: Gunakan software statistik seperti R atau Python untuk mengestimasi parameter model.
- Diagnostik Model: Pastikan residual model adalah white noise.
- Peramalan: Gunakan model untuk meramalkan penjualan bulan-bulan berikutnya.