Setelah mengenal Sinta yang merupakan database indeksasi publikasi ilmiah para peneliti yang dibentuk oleh kemdikbud untuk mengukur kinerja publikasi dari kegiatan penelitian secara nasional, tidak berbeda jauh dengan Scopus yang merupakan database jurnal ilmiah yang dikelola oleh perusahaan Elsevier. Elsevier sendiri merupakan perusahaan atau organisasi penerbit publikasi ilmiah internasional yang berbasis di Amsterdam, belanda yang didirikan sejak tahun 1880.
Scopus menjadi salah satu trend dalam publikasi ilmiah di skala internasional, di Indonesia scopus menjadi salah satu tujuan peneliti agar tulisan atau penelitiannya dapat terindeksasi oleh scopus. Saat ini scopus telah mengindeks lebih dari 24.000 jurnal ilmiah dan lebih dari 5000 publisher di seluruh dunia.
Sama seperti Sinta yang memiliki tingkatan dari SInta 1 hingga Sinta 6 yang merupakan tingkatan dalam penilaian jurnal, Scopus juga memiliki tingkatan yang disebut dengan Quartile atau yang di kenal “Q”. Quartile dalam Scopus dibagi menjadi 4 tingkatan dimana Q1 merupakan jurnal dengan kualitas tertinggi yang biasanya berada pada tingkat 1-25 jurnal teratas. Selanjutnya untuk Q2 merupakan jurnal yang memiliki kualitas yang tidak jauh berbeda dengan Q1 biasanya menduduki peringkat 26 sampai 50 jurnal teratas. Dan diteruskan oleh peringkat Quartile 3 atau Q3 dan Q4 sebagai peringkat yang terendah dalam scopus.
Saat ini lembaga-lembaga publikasi telah memberikan banyak manfaat bagi peneliti dalam melakukan penelitian, selain memerikan referensi yang dapat mendukung penelitian salah satu fungsi nya untuk memberikan penilaian sebagai bentuk evaluasi kualitas jurnal dan artikel yang ada. Scopus memiliki sistem penilaian yang disebut dengan Scrimago Journal Rank atau SJR yang berfungsi untuk mengukur sebuah artikel ilmiah.
Selain scopus ada beberapa datebase jurnal lainnya seperti WOS atau Web of Science yang diterbitkan oleh Thomson, WOS saat ini menjadi pusat database terbesar yang ada di dunia dan merupakan database yang lebih dahulu terbit disbanding dengan Scopus, namun peminat Scopus jauh lebih besar dibanding dengan WOS disebabkan Scopus lebih banyak mencakup berbabagai bidang ilmu dalam publikasi. Seperti sains, teknik, kesehatan, sosial dan humaniora. Sehingga demikian banyak peneliti yang menjadikan Scopus sebagai pilihan dalam mencari sumber referensi ataupun untuk publikasi penelitiannya.
Walau memberi banyak kemudahan bagi peneliti Scopus juga memiliki akses yang terbatas pada sebagian publikasinya bagi pengguna yang tidak memiliki langganan atau akses institusional, namun dibalik kekurangan tersebut banyak tulisan yang dapat diakses oleh pengguna. Untuk memudahkan pengguna menemukan tulisan dengan ID Scopus, untuk penulis yang sudah memiliki artikel ilmiah, atau jurnal berupa hasil dari penelitian yang terindeks scopus akan secara otomatis mendapatkan ID dari Scopus.