Dalam menulis karya ilmiah, referensi memegang peranan penting untuk mendukung argumen dan memperkuat validitas isi tulisan. Namun, tidak semua informasi yang kita temukan di internet bisa dijadikan referensi yang sahih. Maka, penting bagi penulis—terutama mahasiswa dan peneliti pemula—untuk memahami cara mencari referensi artikel yang relevan dan berkualitas, serta mengetahui batasan penggunaan sumber non-akademik seperti blog, media online, atau konten YouTube.
Cara Mencari Referensi Artikel Ilmiah yang Relevan
Berikut langkah-langkah yang efektif untuk mencari dan memilih referensi artikel yang sesuai dengan topik ilmiah:
1. Gunakan Website Pencari Ilmiah
Beberapa platform yang terpercaya dan direkomendasikan:
-
Google Scholar (scholar.google.com)
-
Garuda Ristekdikti (garuda.kemdikbud.go.id)
-
Sinta (Science and Technology Index)
-
PubMed (khusus bidang kesehatan)
-
DOAJ (Directory of Open Access Journals)
-
ResearchGate atau Academia.edu (dengan hati-hati)
Tips: Gunakan kata kunci yang spesifik dan kombinasikan dengan istilah teknis yang umum dalam bidang tersebut.
2. Periksa Kualitas Jurnal
Pastikan artikel berasal dari:
-
Jurnal terakreditasi nasional (misal: SINTA 1–6)
-
Jurnal internasional bereputasi (Scopus, WoS)
-
Jurnal dengan review sejawat (peer-reviewed)
Hindari artikel dari jurnal predator atau jurnal abal-abal yang menerima semua naskah tanpa proses review yang jelas.
3. Perhatikan Tahun Terbit dan Relevansi Isi
-
Pilih artikel yang diterbitkan dalam 5 tahun terakhir (untuk topik yang cepat berkembang).
-
Pastikan isi artikel berkaitan langsung dengan topik penelitian atau tulisan ilmiahmu.
4. Gunakan Referensi Primer
Usahakan untuk mengutamakan referensi primer, seperti:
-
Hasil penelitian asli
-
Laporan studi lapangan
-
Disertasi/tesis yang terpublikasi
-
Buku teks akademik
Bolehkah Mengutip Blog, Media Online, atau YouTube?
Jawabannya: Tergantung konteks dan disiplin ilmu. Berikut penjelasannya:
✅ Boleh (Dengan Catatan):
-
Jika artikel ilmiahmu membahas fenomena sosial, opini publik, atau data tren media, maka mencantumkan kutipan dari media online, blog pribadi yang kredibel, atau video YouTube resmi (misal: TED, WHO, Kemdikbud) bisa diperbolehkan sebagai sumber sekunder atau pendukung.
-
Blog pakar atau akademisi, media berita resmi, atau YouTube berbasis edukasi dan institusi boleh digunakan sebatas ilustrasi atau kutipan kontekstual, bukan sebagai sumber utama.
❌ Tidak Disarankan:
-
Untuk argumen utama, definisi teoritis, atau data kuantitatif, mengandalkan blog pribadi atau konten YouTube yang tidak jelas otoritasnya sangat tidak disarankan.
-
Situs seperti Wikipedia, Quora, TikTok, blog tanpa identitas ilmiah, dan konten YouTube spekulatif tidak dianggap sebagai sumber ilmiah sah.
Menulis artikel ilmiah memerlukan ketelitian dalam memilih referensi. Gunakan sumber yang dapat diverifikasi, berasal dari jurnal ilmiah atau institusi terpercaya, dan relevan dengan topik. Sumber seperti blog, media online, atau YouTube hanya dapat digunakan sebagai pelengkap, dan harus dikutip secara hati-hati sesuai konteks.
Ingat, kualitas referensi mencerminkan kualitas tulisan ilmiahmu. Bijak dalam memilih sumber adalah langkah awal menjadi penulis ilmiah yang kredibel. TA